Ki Hajar Dewantara dan Pendidikan Kebangsaan
Sebagai tokoh yang
hidup dalam masa penjajahan kolonial, Ki Hajar Dewantara turut merasakan
pendidikan kolonial Belanda yang menjatuhkan martabat bumi putra. Baginya,
pendidikan haruslah memerdekakan kehidupan manusia. Mesti disandarkan pada
penciptaan jiwa merdeka, cakap dan berguna bagi masyarakat.
Sistim pendidikan
Indonesia dari zaman kolonial hingga sekarang, tetap saja mengecewakan. Tidak
lagi terdapat nilai-nilai kebangangsaan yang ditanamkan dalam proses
penyelenggaraan pendidikan nasional kita. Pendidikan kapitalistik diera
reformasi seperti sekarang, hanya menciptakan pemisahan orang-orang terpelajar
dengan rakyatnya, menyebabkan munculnya Stratifikasi sosial ditengah kehidupan
masyarakat.
Kondisi pendidikan
demikian, tentu sangat jauh dari konsep pendidikan dan pengajaran yang
dimaksudkan oleh Ki Hajar Dewantara.
Perubahan sistim
kekuasaan merupakan penyebab utama hancurnya karaktek pendidkan nasional. Pada
era kemerdekaan, pendidikan bertujuan melekatkan kemerdekaan pada persatuan
rakyat. Lalu bagaimana dengan sekarang? Pendidikan hanya dijadikan sebagai
komoditi.
Konsep pendidikan Ki
Hajar Dewantara
Philosofi pendidikan Ki
Hajar Dewantara, menempatkan kemerdekaan sebagai syarat dan juga tujuan membentuk
kepribadian dan kemerdekaan batin bangsa Indonesia agar peserta didik selalu
kokoh berdiri membela perjuangan bangsanya.
Karena kemerdekaan
menjadi tujuan pelaksanaan pendidikan, sistim pengajaran haruslah berfaedah
bagi pembangunan jiwa dan raga bangsa. Bahan-bahan pengajaran harus di
sesuaikan dengan kebutuhan hidup rakyat.
Pendidikan tidak
dimaknai sebagai paksaan, kita harus mengunakan dasar tertib dan damai, tata
tentram dan kelangsungan kehidupan batin, kecintaan pada tanah air menjadi
prioritas. Karena ketetapan pikiran dan batin itulah yang akan menentukan
kualitas seseorang.
Memajukan pertumbuhan
budi pekerti, pikiran merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan,
agar pendidikan dapat memajukan kesempurnaan hidup. yakni kehidupan yang selaras
dengan perkembangan dunia. Tampa meninggalkan jiwa kebangsaan.
Dunia terus mengalami
perkembangan, pergaulan hidup antar satu bangsa dengan bangsa lainnya tidak
dapat terhindarkan. Pengaruh kebudayaan dari luar semakin mungkin untuk masuk
berakulturasi dengan kebudayaan nasional. Haruslah kita memilih mana yang baik
untuk menambah kemulian hidup dan mana kebudayaan luar yang akan merusak jiwa
rakyat Indonesia dengan selalu mengingat, semua kemajuan dilapangan ilmu
pengetahuan harus terorientasikan dalam pembangunan martabat bangsa.
Syarat pengetahuan
Pendidikan yang teratur
adalah yang bersandar pada perkembangan ilmu pengetahuan atau ilmu pendidikan.
ilmu ini tidak berdiri sendiri, ada saling hubugan dengan pengetahuan lain.
Sebagai pelengkap sempurnanya mutu pendidikan dan pembangunan karakter
kebangsaan yang kuat.
Dalam menyelenggarakan
pengajaran dan didikan kepada rakyat, tetaplah memperhatikan ilmu jiwa
(psyhologie), ilmu jasmani, ilmu keadaban dan kesopanan (etika dan moral), ilmu
estetika, dan menerapkan cara-cara pendidikan yang membangun karakter.
Seorang pendidik yang
baik harus tahu bagaimana cara mengajar, memahami karakter peserta didik dan
mengerti tujuan pengajaran. Agar dapat mewujudkan hasil didikan yang mempunyai
pengetahuan yang mumpuni secara intelektuil maupun budi pekerti serta semangat
membangun bangsa.
Relevansi ajaran Ki
Hajar Dewantara
Pendidikan nasional
memiliki segudang persoalan, mulai dari wajah pendidikan yang berwatak pasar
yang menyebabkan hilangnya daya kritis tenaga didik terhadap persoalan
bangsanya. Berakibat, proses belajar di sekolahan maupun universitas hanya
diposisikan sebagai tujuan menaikan starata sosial dan ajang mencari ijazah
dll.
Peranan pendidikan dari
upaya pembangun bangsa di disorientasikan oleh kekuasaan untuk melindungi
kepentingan rezim berkuasa. Pendidikan oleh pemerintah, sekedar untuk memenuhi
kepentingan capital/modal.
Disamping itu kandungan
pendidikan dan pengajaran, tidak memuat nilai-nilai kebangsaan. Pendidikan yang
ada hanya melahirkan Sikap individualisme, hedonisme dan hilangnya jiwa
merdeka. Hasil pendidikan seperti ini tidak dapat diharapkan membangunan
kehidupan bangsa dan negara bermartabat.
Kapitalisme pendidikan
yang mewarnai praktek kehidupan pendidikan nasional adalah bentuk penghianatan
pada tujuan pencerdasan kehidupan bangsa sebagai cita-cita Indonesia merdeka.
Watak pendidikan demikian, janganlah dipertahankan karena akan semakin mengubur
perkembagan pengatahuan dan jiwa raga rakyat.
Mencerdaskan kehidupan
bangsa hanya mungkin diwujudkan dengan pendidikan yang memerdekakan dan
bertujuan membentuk karakter kemanusian yang cerdas dan beradab. Maka itu,
konsepsi pendidikan KI Hajar Dewantara dapat menjadi salah satu solusi
membangun kembali pendidikan dan kebudayaan nasional yang telah
diporak-porandakan oleh kepentingan kekuasan dan modal.
# sumber: http://edukasi.kompasiana.com
Komentar
Posting Komentar